MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah
Metode Pembelajaran
Teknologi Informasi
Dosen Mata Kuliah
MIFTAHUS SURUR M,Pd
Disusun Oleh:
Iwan Supriadi (2013020062)
Jupri Ali Mansyur
(2013020068)
Helmi Fathor Rosi
(2013020053)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang......................................................................
1.2 Permasalahan........................................................................
1.3 Tujuan...................................................................................
1.4 Manfaat……………………………………………………
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Membangun Suasana Sebelum
Pelajaran ...............................
2.2. Mengawali
Pelajaran Dengan Baik…………………………………………
2.3. Mengakhiri Pelajaran Dengan
Berkesan……………………………..
2.4 Menghadapi Keberagaman Isi
Kelas……..……………………………..
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ................................................................................
Daftar
Pustaka…………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Salah satu faktor yang sangat strategis
dan substansial dalam upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
suatu bangsa adalah pendidikan. Pada saat ini pendidikan menjadi fenomena
permasalahan yang sangat penting di Indonesia. Hal ini dilihat dari
keadaan SDM di bangsa Indonesia yang kurang siap menghadapi millennium goals,
era globalisasi, dan era informasi, menurut Pikiran Rakyat tahun 2006
menyatakan bahwa di tingkat dunia Indonesia termasuk Negara penghutang
(debitor) nomor 6, Negara terkorup nomor 3, peringkat SDM ke 112 dari 127
negara, dengan penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan mencapai 30% dan
pengangguran terbuka mencapai 12 juta (Mulyasa, 2007:3). Sehingga berbagai
upaya perbaikan ditempuh sebagai harapan bagi pembaruan paradigma pendidikan Indonesia yang
lebih bermutu dan kompetitif sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi.( Hidayati, 2009)
Peningkatan kualitas pendidikan dilakukan
secara bertahap dan berkesinambungan pada berbagai komponen pendidikan antara
lain adalah menyempurnakan kurikulum, dan menggunakan model pembelajaran, serta
bahan ajar yang tepat. Pembaruan dalam bidang kurikulum yang telah dilakukan
pemerintah adalah penyempurnaan kurikulum 1994 yang cenderung berpusat pada
siswa menjadi konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi, kemudian dilakukan
perbaikan lagi terhadap KBK menjadi kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah “kurikulum operasional yang disusun
oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan” (BSNP, 2006:5).
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan
yang bernilai edukaif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara
guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang
tela dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan
kegiatan pengajarannyan secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatu
guna kepentingan pengajaran (Djamarah, 2002). Untuk itulah maka dalam makalah
ini penulis akan membahas tentang bahan ajar yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari hasil perencanaan seorang guru sebelum mengajar di kelas.
1.2. PERMASALAHAN
Dari latar belakang diatas maka dapat
disimpulkan beberapa pokok permasalahan dalam makalah ini yaitu :
1. Apakah pengertian strategi pembelajaran ?
2. Apa pengertian Bahan Ajar ?
3. Bagaimana prinsip-prinsip pemilihan
bahan ajar ?
4. Bagaimana menentukan langkah-langkah
pembuatan bahan ajar ?
5. Bagaimana menentukan cakupan urutan
bahan ajar ?
6. Bagaimana penerapan Strategi penyampaian
bahan ajar fakta pada pelajaran sejarah ?
1.3. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
yaitu untuk mengkaji lebih dalam mengenai bahan ajar. Dengan kajian ini
diharapkan mahasiswa sebagai calon pendidik mampu melakukan pengembangan bahan
ajar sesuai dengan spesifikasi mata pelajaran yang diasuhnya.
1.4.
MANFAAT
Manfaat
yang diharapkan dari penyusunan makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi guru
sebagai sumber informasi tentang efektivitas penggunaan strategi penyampaian
bahan ajar fakta pada pelajaran sejarah.
2. Bagi sekolah
sebagai bahan masukan
dalam upaya untuk
meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didiknya, terutama dalam
pelajaran sejarah.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Strategi Pembelajaran
Strategi berasal dari bahasa yunani yaitu strategos yang
artinya suatu usaha untuk mencapai suatu kemenangan dalam suatu peperangan
awalnya digunakan dalam lingkungan militer namun istilah strategi digunakan
dalam berbagai bidang yang memiliki esensi yang relatif sama termasuk diadopsi
dalam konteks pembelajaran yang dikenal dalam istilah strategi pembelajaran.[1]
Menurut J.R David (1976) strategi pembelajaran adalah
perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Sementara itu dick and Carey (1985) berpendapat
bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran
yang digunakan bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar siswa/peserta
latih.
Pendapat dari moedjiono (1993) strategi pembelajaran
adalah kegiatan guru untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsisiten
antara aspek-aspek dari komponen pembentuk sistem pembelajaran, dimana untuk
itu guru menggunakan siasat tertentu.
Merujuk dari beberapa pendapat diatas strategi
pembelajaran dapat dimaknai secara sempit dan luas. Secara sempit strategi
mempuanyai kesamaan dengan metoda yang berarti cara untuk mencapai tujuan
belajar yang telah ditetapkan. Secara luas strategi dapat diartikan sebagai
suatu cara penetakapan keseluruhan aspek yang berkaitan dengan pencapaian
tujuan pembelajaran, teramasuk perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.
Setelah mencermati konsep strategi pembelajaran, kita
perlu mengkaji pula tentang istilah lain yang erat kaitannya dengan strategi
pembelajaran dan memiliki keterkaitan makna yaitu pendekatan, metoda, dan
teknik.
a.
Pendekatan pembelajaran adalah suatu cara pandang dalam melihat dan memahami
situasi pembelajaran. Terdapat dua pendekatan dalam pembelajaran yaitu
pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centred approach) dan pendekatan
yang berpusat pada siswa (student centred approach)
b.
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam menyampaikan bahan
agar tujuan atau kompetensi dasar tercapai.
Strategi pembelajaran berbeda dengan desain instruksional
karena strategi pembelajaranberkenaan dengan kemungkinan variasi pola dalam
arti macam dan urutan umum perbuatan belajr-mengajar yang secar prinsip berbeda
antara yang satu dengan yang lain, sedangkan desain instruksional menunjuk pada
cara-cara merencanakan sesuatu sistem lingkungan belajar tertentu, setelah
ditetapkan untuk menggunakan satu atau lebih strategi pembelajaran tertentu.
Kalau disejajarkan dalam pembuatan rumah, pembicaraan tentang (bermacam-macam)
strategi pembelajaran adalah ibarat melacak berbagai kemungkinan macam rumah
yang akan dibangun, sedangkan desain instruksional adalah penetapan cetak biru
rumah yang akan dibangun itu serta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan
langkah-laangkah konstruksinya maupun kreterian penyelesaian dari tahap ke
tahap sampai dengan penyelesaian akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan
dibuat.[2]
B.
Konsep Dasar Strategi Pembelajaran
Menurut Mansur (1991) terdapat empat konsep dasar
strategi pembelajaran:
1.
Mengidentifikasikan serta menetapkan tingkah laku dari kepribadian anak didik
sebagaimana yang diharapkan sesuai tuntutan dan perubahan zaman.
2.
Mempertimbangkan dan memilih sistem belajar mengajar yang tepat untuk mencapai
sasaran yang akurat.
3.
Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belaajr mengajar yang
dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan guru dalam
menunaikan kegiatan mengajar.
4.
Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta
standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam melakukan
evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan
balik untuk penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara
keseluruhan.[3]
C.
Pengelompokan Strategi Pembelajaran
Dalam hal ini ada dua pengelompokan
yaitu pengelompokan dari Gagne dan Briggs dan pengelompokan menurut Bruce Joyce
dan Marsha Weil.
1. Pengelompokan Gagne dan
Briggs
Kedua pakar ini mengelompokan strategi pengajaran menurut dasarnya menjadi
lima macam:
a.
Pengaturan Guru Dan Peserta Didik
b.
Struktur Even Dan Pengajaran
c.
Peranan Guru-Peserta Didik Dalam Mengolah Pesen
d.
Proses Pengolahan Pesan
e.
Tujuan-Tujuan Belajar
2. Pengelompokan Bruce
Joyce dan marsha Weil
Pengelompokan ini lebih komprehinsif dibandingkan dengann pengelompokan
Gagne dan Briggs sebagai mana yang diuraikan didepan.
Bruce Joyce dan Marsha Weil mengemukakan empat klasifikasi model-model
pengajaran/mengajar:
a.
Klasifikasi Model-Model Interaksi Sosial
b.
Klasifikasi Model-Model Pengolahan Informasi
c.
Klasifikasi Model-Model Personal-Humanistik
d. Klasifikasi Model-Model
Modifikasi Tingkah Laku.
2.1.
Membangun Suasana Sebelum Pelajaran
Strategi
pembelajaran dikatakan berkaitan dengan cara penyampaian materi dalam
Pendekatan, Strategi, dan Model Pembelajaran
Istilah pendekatan dan strategi sering diartikan sama, dan dalam model biasanya
termasuk didalamnya ada metode, stertegi dan pendekatan yang digunakan
Pendekatan (approach) dapat dipandang sebagai suatu rangkaian tindakan yang
terpola atau terorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu (misalya dasar
filosofis, prinsip psikologis, prinsip didaktis, atau prinsip ekologis), yang
terarah secara sistematis pada tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian pola tindakan tersebut dibangun di atas prinsip-prinsip yang telah
terbukti kebenarannya sehingga tindakan-tindakan yang terorganisir dapat
berjalan secara konsisten kea rah tercapainya tujuan atau teratsainya suatu
masalah. Pendekatan mengandung sejumlah komponen yaitu tujuan, pola tindakan,
metode atau teknik, sumber-sumber yang digunakan, dan prinsip-prinsip.
Strategi Pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru siswa di dalam perwujudan
kegiatan belajar mengajar. Hal ini mengandungarti bahwa interaksi belajar
mengajar berlangsung dalam suatu pola yang digunakan bersama oleh guru dan
siswa. Dalam pola tersebut tentu terkandung bentuk-bentuk rangkaian perbuatan
atau kegiatan guru dan siswa yang mengarah pada tercapainya tujuan-tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya ( Raka Joni 1980 dalam Depdiknas
2003 )
lingkungan pembelajaran yang meliputi sifat, ruang lingkup dan urutan peristiwa
yang memberikan pengalaman-pengalaman pendidikan. Strategi pembelajaran
tersusun atas metode-metode dan teknik-teknik atau prosedur-prosedur yang akan
memungkinkan pembelajaran untuk mencapai tujuan-tujuan belajar (Gerlach dan
Ely, 1980 dalam Depdiknas 2003)
Jadi strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu pola umum pembelajaran
subyek didik atau pembelajaran yang tersusun secara sistematis berdasarkan
prinsip-prinsip pendidikan. Psikologi, didaktik, dan komunikasi dengan
mengintegrasikan struktur ( urutan kegiatan/langkah) pembelajaran, metode pembelajaran,
media pembelajaran/alat peraga, pengelolaan kelas, evaluasi dan waktu yang
diperlukan agar subyek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran secara efektif dan efisien
Komponen Strategi pembelajaran menurut Dick and Carey (1976 ) ( Depdiknas 2003,
12) meeliputi ; a) kegiatan pre instruksioanal ( pendahuluan ), b) penyampai
informasi, c) partisipasi siswa, d) tes, dan e) kegiatan tindak lanjut.
Berbeda dengan pendapat Atwi Suparman, menurut Atwi komponen strategi
pembelajaran meliputi ;
a)
Urutan kegiatan instruksional, yaitu urutan kegiatan guru dan siswa dalam
proses pembelajaran actual yang terentang dari tahap pendahuluan ke tahap
penyajian/kegiatan inti, terus sampai dengan tahap penutup,
b)
Metode instruksional, yaitu cara-cara guru mengorganisir siswa satu kelas, dan
penggunaan media instruksional pada setiap tahap kegiatan pembelajaran,
c)
Media instruksional yaitu peralatan dan bahan instruksioanal yang digunakan
guru dan siswa pada setiap tahap kegiatan pembelajaran,
d)
Waktu, yaitu alokasi waktu yang digunakan bersama oleh guru dan siswa dalam
menyelesaikan kegiatan pada setiap tahap pembelajaran.
Dari pendapat dua ahli pendidikan tentang komponen strategi pembelajaran,
masalah strategi pembelajaran nampaknya menekankan apa yang harus dilalui
ketika guru akan mentransfer pengetahuan, sehingga pengetahuan bisa dimiliki
dan dipahami siswa , dan selanjutnya siswa dapat menggunakan pengatahuan itu
untuk menghadapi tantangan jaman
Untuk istilah model pembelajaran diartikan sebgai contoh pola atau struktur
pembelajaran siswa yang didesain , diterapkan dan dievaluasi secara sistematis
dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien,
Seperti pendapat Udin Winataputra (1994 ) dikatakan bahwa Model pembelajaran
dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan
para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar.
Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode,
prosedur dan pendekatan. Dalam model pembelajaran mencakup strategi
pembelajaran yang digunakan, metode yang digunakan, dan pendekatan pengajaran
yang digunakan yang lebih luas dan meyeluruh.
2.2. Mengawali
Pelajaran Dengan Baik
Yang dimaksud dengan keterampilan membuka pelajaran adalah
kegiatan guru pada awal pelajaran untuk menciptakan suasana ‘siap mental’ dan
menimbulkan perhatian siswa agar terarah pada hal-hal yang akan dipelajari.
Beberapa cara yang dapat diusahakan guru dalam membuka pelajaran adalah dengan
:
(1) menarik perhatian siswa,
(2) memotivasi siswa,
(3)memberi acuan/struktur pelajaran dengan menujukkan tujuan
atau kompetensi dasar dan indikator hasil belajar, serta pokok persoalan yang
akan dibahas, rencana kerja, dan pembagian waktu,
(4) mengaitkan antara topik yang sudah dikuasai dengan topik
baru, atau
(5) menanggapi situasi kelas.
Dalam usaha menarik perhatian dan memotivasi siswa, guru
dapat menggunakan alat bantu seperti alat peraga/surat kabar/gambar-gambar,dan
kemudian guru dapat menceritakan kejadian aktual, atau guru dapat memberi
contoh atau perbandingan yang menarik. Tetapi, hendaknya diperhatikan semua
cara itu harus relevan dengan isi dan indikator kompetensi hasil belajar yang
akan dipelajari siswa.
Dalam usaha mengaitkan antara pelajaran baru dengan materi
yang sudah dikuasai siswa, guru hendaknya mengadakan apersepsi. Apersepsi merupakan mata rantai penghubung antara pengetahuan siap siswa yang telah
dimiliki oleh siswa untuk digunakan sebagai batu loncatan atau titik pangkal
menjelaskan hal-hal baru atau materi baru yang akan dipelajari siswa.
Komponen pertama dalam mengajar
adalah keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Dalam keterampilan membuka
pelajaran harus memberikan pengantar atau pengarahan terhadap materi yang akan
diajarkan pada peserta didik agar siap mental dan tertarik untuk mengikutinya.
Keterampilan membuka pelajaran adalah
kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mempersiapkan mental dan menimbulkan
perhatian siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa terpusat pada hal-hal yang akan
dipelajari. Kegiatan membuka pelajaran semacam itu tidak saja harus dilakukan
guru pada awal jam pelajaran tetapi juga pada awal setiap penggal kegiatan dari
inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu. Untuk menyiapkan mental
siswa terhadap hal-hal yang akan dipelajari, guru dapat melakukan usaha-usaha
dengan memberi acuan dan membuat kaitan antara materi pelajaran yang telah
dikuasai siswa dengan bahan baru yang akan dipelajari. Siswa yang mentalnya
siap untuk belajar adalah mereka yang telah mengetahui tujuan pelajaran,
mengetahui masalah-masalah pokok yang harus diperhatikan, mengetahui
langkah-langkah kegiatan belajar yang akan dilakukan, dan mengetahui
batas-batas tugas yang harus dikerjakan untuk menguasai pelajaran tersebut.
Untuk menimbulkan perhatian dan motivasi siswa terhadap hal-hal yang akan
dipelajari, guru dapat melakukan usaha-usaha menimbulkan rasa ingin tahu,
bersikap hangat dan antusias, memvariasikan cara mengajarnya, menggunakan
alat-alat bantu mengajar, memvariasikan pola interaksi dalam kelas, dan
sebagainya. Siswa yang perhatian motivasinya telah timbul nampak asyik dalam
melakukan tugas, semangat dan kualitas responnya tinggi, ada
pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan, dan cepat mereaksi terhadap
saran-saran guru.
Inti dari kegiatan keterampilan
membuka pelajaran terkait dengan usaha guru dalam menarik perhatian siswa
memotivasi memberi acuan tentang tujuan, pokok persoalan yang akan dibahas,
rencana kerja serta pembagian waktu, mengaitkan pelajaran yang telah dipelajari
dengan topik baru, menganggapi situasi baru. Wardani (1984) mengemukakan bahwa
inti keterampilan membuka adalah menyiapkan mental murid agar mereka siap
memasuki persoalan yang akan dibicarakan, dan membangkitkan minat dan perhatian
siswa apa yang akan dibicarakan, dan membangkitkan minat dan perhatian siswa
apa yang akan dibicarakan dalam kegiatan belajar mengajar.
2.3 Mengakhiri Pelajaran
Dengan Berkesan
Kegiatan
menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan
inti pelajaran. Usaha menutup pelajaran tersebut dimaksudkan untuk memberikan
gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat
pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan guru antara lain adalah merangkum kembali atau
menyuruh siswa membuat ringkasan dan mengadakan evaluasi tentang materi
pelajaran yang baru diberikan. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran,
kegiatan menutup pelajaran ini harus dilakukan guru tidak saja pada akhir jam
pelajaran tetapi juga pada akhir setiap penggal kegiatan dari inti pelajaran
yang diberikan selama jam pelajaran itu. Seperti halnya kegiatan membuka
pelajaran, kegiatan menutup pelajaran juga tidak mencakup urut-urutan kegiatan
rutin seperti memberi tugas dirumah, tetapi kegiatan yang ada kegiatan langsung
dengan penyampaian materi pelajaran.
Namun demikian, dalam pembelajaran guru sering tidak
melakukan usaha membuka dan menutup pelajaran tersebut. Setelah melakukan tugas
rutin seperti menenangkan kelas, mengisi daftar hadir, menyuruh siswa
menyiapkan alat-alat pelajaran guru langsung saja masuk pada kegiatan inti
pelajaran. Misalnya guru berkata: “Anak-anak hari ini bu guru akan mengenalkan
tentang bentuk pangkat, akar,dan logaritma adalah ...” Setelah pelajaran usai
guru tidak melakukan usaha menutup pelajaran. Ia langsung berkata: “Anak-anak
waktunya sudah habis, pelajaran ini kita lanjutkan besok. Selamat siang
anak-anak”. Selain itu, dalam inti pelajaran yang bermaksud mengajarkan
macam-macam bangun ruang dengan sifat-sifatnya, guru menerangkan terus sampai
selesai tanpa ada usaha merangkum ciri-ciri bangun ruang. Disamping itu, guru
juga tidak melakukan kegiatan membuka pelajaran sebelum menerangkan pengertian
bangun ruang. Prosedur mengajar demikian itu tidak memungkinkan mental siswa
siap untuk menerima pelajaran dan perhatian siswa belum terpusat pada hal-hal
yang akan dipelajari. Sebagai akibatnya adalah siswa akan merasa bahwa
pelajaran yang diterimanya membosankan, tidak bermakna baginya, sukar dipahami,
dan mereka akan tidak berusaha keras untuk memahaminya.
Ada berbagai alasan mengapa guru
tidak melakukan kegiatan membuka dan menutup pelajaran antara lain karena lupa,
tidak ada waktu, atau memang belum mempunyai keterampilan untuk
melaksanakannya. Karena pentingnya fungsi membuka dan menutup pelajaran ini
dalam pembelajaran, maka sangat perlu bagi setiap guru untuk memperoleh
pengalaman serta latihan yang intensif dalam membuka dan menutup pelajaran.
Kegiatan membuka dan menutup pelajaran dilaksanakan pada
setiap awal dan akhir pelajaran. Artinya sebelum guru menjelaskan sebuah materi
terlebih dahulu guru harus dapat mengkondisikan mental dan menarik perhatian
siswa pada materi yang akan dipelajari. Contohnya dengan menimbulkan motivasi
dan memberi acuan atau struktur
pelajaran dengan menunjukkan tujuan atau kopetensi dasarsecara indikator hasil
belajar, pokok persoalan yang akan dibahas, rencana kerja, dan pembagian waktu
belajar kepada siswa.
Demikian pula sebelum mengakhiri pelajaran, terlebih dahulu guru harus
menutup pelajaran, misalnya dengan memberikan rangkuman atau mengadakan
evalusi.
Pelaksanaan membuka dan menutup pelajaran dilaksanakan
juga pada setiap awal dan akhir penggal kegiatan inti pelajaran. Artinya,
seorang guru dalam mengwali dan
mengakhiri satu penggal inti pokok-pokok materi pelajaran juga harus melakukan
kegiatan membuka dan menutup pelajaran. Contohnya, membuka pelajaran dengan
mengaitkan antara inti pokok materi yang sudah dikuasai siswa misalnya materi
definisi dan kegunaan transformasi dalam kehidupan sehari-hari dengan inti pokok materi yaitu pemecahan masalah dalam bentuk soal.dan
setiap inti pokok materi yang sudah dipelajari siswa juga harus dituup dengan
sebuah pemantapan atau evaluasi materi dengan cara mengajukkan sebuah
pertanyaan dan memberikan kesimpulan materi tersebut.
Usaha
guru mengakhiri kegiatan interaksi edukatif :
1. Merangkum/membuat garis-garis
besar persoalan yang baru dibahas
2. Mengkonsolidasikan perhatian anak
didik pada hal-hal pokok oleh pembelajaran yang bersangkutan
3. Mengorganisasi semua kegiatan atau
pelajaran yang telah dipelajari sehingga merupakan suatu kebutuhan yang
beerarti dalam memahami materi yang baru dipelajari
4. Memberi ajakan agar materi yang baru
dipelajari jangan dilupakan serta dipelajari kembali dirumah
Cara-cara yang
digunakan oleh guru dalam menutup pelajaran antara lain :
a.
Review ( Melihat / meninjau kembali
)
Guru
meninjau kembali, apakah inti pelajaran yang telah diajarkan itu telah dikuasai
oleh siswa atau belum. Adapun cara meninjau kembali adalah:
1)
Merangkum inti pelajaran
Meninjau
kembali pelajaran yang telah diberikan dapat dilaksanakan dengan merangkum inti
pokok pelajaran. Guru dapat meminta siswa membuat rangkuman baik secara lisan
ataupun tertulis. Rangkuman ini dapat dilakukan secara individu atau kelompok,
dapat dilakukan oleh guru, guru bersama siswa, atau guru menyuruh siswa
(disempurnakan oleh guru).
2) Membuat ringkasan
Dengan
membuat rinkasan, siswa dapat memantapkan penguasaan inti dari pokok-pokok
materi pelajaran yang telah dipelajari. Disamping itu, dengan ringkasan, siswa
yang tidak memiliki buku sumber telah memiliki bahan untuk dipelajari kembali.
Ringkasan dapat dibuat oleh guru, guru bersama siswa secara kelompok, atau
siswa sendiri secara individual.
Pokok-pokok
pelajaran sebaiknya ditulis dipapan tulis secara skematis atau dengan kata-kata
kunci supaya ada dukungan visual. Jika ternyata rangkuman yang dibuat itu salah
atau kurang lengkap, guru dapat melengkapi atau membetulkan.
Untuk
menutup pelajaran guru sebaiknya mengulangi kembali hal-hal yang dianggap
penting, atau kunci bahan pelajaran yang diberikan. Hal ini dapat dilakukan
setiap saat selesai memberikan satu konsep ataupun pada akhir pelajaran.
Caranya,
dengan bertanya, membahas bagian-bagian dan suatu topik, meminta mengungkapkan
kembali bahan pelajaran yang baru didiskusikan, membuat rangkuman bahan
pelajaran lebih baik dilaksanakan secara tertulis daripada secara lisan.
b.
Mengevaluasi
Untuk
mengetahui apakah siswa memperoleh wawasan yang utuh tentang sesuatu yang sudah
diajarkan, guru melakukan penilaian/evaluasi. Bentuk-bentuk evaluasi itu adalah
sebagai berikut :
1.
Mendemonstrasikan keterampilan
2.
Mengaplikasikan ide baru pada
situasi lain
3.
Mengekspresikan pendapat siswa
sendiri
4.
Soal-soal tertulis atau lisan
2.4 Menghadapi Keberagaman
Isi Kelas
Di sini ada 10 cara untuk menghadapi mengajar dalam kelas .
1.
Berikanlah
kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan kemampuan
mereka. Artinya, mungkin guru perlu menyediakan tambahan waktu lagi bersama
siswa atau tambahan bagi siswa yang lain.
2.
Biarkan
siswa memilih cara menyelesaikan tugas mereka, apakah akan di kerjakan sendiri
atau bersama teman, serta di mana akan mengerjakan nya.
3.
Terapkan
system asistensi, yaitu menugaskan siswa yang mampu untuk membimbing siswa yang
kurang mampu dan memberi contoh cara menyelesaikan tugas dan kegiatan.
4.
Gunakan
peragaan, jelaskan kepada para siswa
bahwa anda akan memeragakan tugas yang di berikan, missal nya peta pikiran, dan
siswa boleh mulai mengerjakan nya bila sudah paham. Siswa yang belum paham atau
mengalami kesulitan tentu akan menunggu sampai peragaan selesai, sedangkan
mereka yang sudah paham akan langsung mulai bekerja setelah anda selesai
melakukan peragaan anda sebagai contoh.
5.
Gunakan
system perancah mirip dengan system peragaan, system ini memberi kesempatan
kepada siswa bila sudah siap atau tetap menunggu bantuan guru,bedanya dengan
system peragaan adalah bahwa dalam system perancah ini guru tidak menyelesaikan
seluruh proses yang harus di lakukan.
6.
Ajaklah
mereka untuk belajar dari sesame mereka.
7.
Bedakan
target dari siswa siswa anda. Misalnya siswa yang lebih lambat mungkin boleh
mengerjakan spertiga soal, atau cukup mengerjakan satu alinea saja untuk tugas.
8.
Gunakanlah
teknik pancingan untuk memantau usaha anak. Misalnya ubahlah pertanyaan anda
menjadi pertanyaan yang jawaban nya “iya” atau “tidak” sebagai ganti pertanyaan
terbuka, khusus unutuk siswa yang kurang mampu dalam berpikir.
9.
Diskusikan
dan peragakan beragam cara untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas
sebagai cara mengatasi beragamnya perbedaaan latar belakang siswa.
10.
Setelah
anda memberikan petunjuk, sederhanakanlah petunjuk itu sekali lagi agar
membantu siswa yang belum memahami nya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah di jelaskan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa keterampilan membuka dan menutup pelajaran merupakan salah
satu hal yang penting bagi seorang guru dalam melakukan proses pembelajaran.
Membuka pelajaran merupakan awal dilaksanakannya proses pembelajaran, jika hal
ini dilakukan dengan baik dan benar akan membawa dampak yang positif terhadap
keberhasilan proses kegiatan berikutnya. Untuk mengetahui apakah proses
tersebut dilakukan dengan baik dan benar, maka ada salah satu keterampilan yang
harus dilakukan oleh guru, yaitu keterampilan menutup pelajaran. Semoga dengan
kita mampu menguasai 9 keterampilan dasar tersebut dapat menjadikan dan
memotivasi diri kita sebagai guru yang professional sehingga mampu
menghantarkan murid-murid yang diajarkan dapat menuju pendidikan yang
paripurna.
DAFTAR
PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 1990.
Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito
Ibrahim R, Syaodih S Nana. 2003. Perencanaan
Pengajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Joyce Bruce. Et al. 2000. Models of Teaching. 6th Ed. Allyn & Bacon: London
Nasution.
S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Menga-jar. Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi
Pembelajaran. Jakarta: Media Prenada
Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses
Belajar Menga-jar.
Bandung: Sinar Baru.
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan
Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
Yamin, Martinis. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.